Elegi Senja hari
Berjalanlah
walau habis terang
Ambil
cahaya cinta tuk terangi harimu
Diantara
beribu lainnya
Kau
tetap, kau tetap, kau tetap benderang
Lagu
Peterpan yang berjudul “Walau habis Terang” itu terdengar
dari sebuah kamar, dengan volume yang cukup keras. Kamar itu bisa
dikatakan berantakan. Hampir semua benda yang menghuni kamar itu tidak
ditempatkan di tempatnya. Buku, peralatan sekolah, majalah, pakaian, gitar, dan
sebuah bola tidak mendapatkan perlakuan yang adil dari sang penghuni.
Yandi
adalah nama lengkap pemilik tahta di kamar itu. Berpostur cukup tinggi, cuek,
baby face, friendly dan hobi bermusik. Itulah sedikit deskripsi tentangnya.
Waktu
menunjukkkan pukul 06.30. “Mah, Pah Yandi berangkat sekolah dulu.
Assalamualaikum” teriak Yandi dari teras rumah. “ Waalaikumsalam, hati-hati ka”
jawab sang ibu yang sedang sibuk mempersiapkan bekal untuk adik Yandi yang
masih duduk di bangku TK.
Baru
selangkah melangkah, Yandi ingat sesuatu dan iapun bergegas menghampiri ibunya
di dapur. “Oh iya mah, kayaknya kaka bakal pulang telat bahkan sore. Soalnya
ada persiapan buat perpisahan besok di sekolah. Besok mamah harus dateng,
soalnya wali murid kelas XII wajib hadir. Hampir aja lupa cium tangan dan yang
lebih penting lagi uang jajannya belum.hehe” canda Yandi.
“ Iya ibu juga tahu. Jangan lupa
kerjain tugasmu nanti malam”.
“Siap boss. Assalamualaikum.”
”Waalaikumsalam” jawab sang ibu.
Yandi memang mempunyai selera humor
yang tinggi. Namun ketika ia tak menyukai suatu hal, iapun langsung mencoret
hal itu dari kamusnya. Yang terkadang itu membuat ia memberontak. Tapi ia
selalu menghadapinya dengan enjoy.
Yandipun memutuskan berjalan kaki untuk
berangkat ke sekolahnya yang jaraknya tidak lebih dari 500 meter. Cukup waktu
sekitar 20 menit untuk sampai di sekolahnya. Langkah demi langkah ia tempuh
dengan ringan. Sesampainya di sekolah, iapun langsung bergabung dengan
sahabat-sahabatnya. Kebetulan mereka dipercaya untuk mengatur acara perpisahan
besok pagi. Kerja merekapun cukup ringan, karena sekolah memutuskan menyewa EO
untuk mengatur sebagian perlengkapan untuk acara yang cukup penting itu. Selain
memberikan kesan terbaik kepada calon alumnus, itupun bertujuan untuk menarik
perhatian para calon siswa di tahun ajaran baru. Dan setiap tahunnya sekolah
itu selalu dibanjiri siswa-siswa yang ingin menimba ilmu di sekolah favorit
itu.
“ Assalamualaikum” teriak Yandi
mengagetkan teman-temannya. “Waalaikumsalam” jawab teman-temannya spontan tapi
kompak. “ Kemana aja mang jam segini baru dateng? Hayo, tadi melem emang ngamen
sampe jam berapa?” tanya ifan menggoda. “Orang saya cuma telat 2 menit, dasar
hiperbol” jawab Yandi tak mau kalah. “ Tetep aja judulnya telat di”.
“Hahaahaa”. Tawa semuanya. Begitulah keakraban diantara mereka.
“Yandi, kamu udah ngedata anak-anak
yang mau pentas besokkan?” tanya Mikha. “Ya pasti belum non, kamu si kayak
nggak tau aja Yandi kayak gimana, hahaha. Pasti kerjaannya ngamen” ejek Yana.
“Ehem ehem, tes tes lapor bahwa saya yang bernama Yandi Pratama sudah
melaksankan tugas dari bos, laporan selesai. Oh ya satu lagi buat saudara Yana,
kalau itu bukan `ngamen tapi hobi. Ingat itu! ” kata Yandi dengan percaya diri.
“Yup betul, hobi musik itu nggak salahkan?” tanya Faris membela Yandi. Faris
dan Yandi merupakan dua manusia yang mempunyai hobi musik. Namun yang beda
adalah idola mereka. Yandi suka Peterpan, sedangkan Faris Sheila On 7.
“Weits, sudah-sudah kita fokus dulu
sama kerjaan kita. Jadi ada berapa yang mau pentas besok?” tanya April. “Ada 9
non, 2 tarian tradisional, 2 modern dance, 1 pembacaan puisi, dan 3 penampilan
band dari perwakilan kelas X, XI, dan XII. Yang terakhir penampilan dari guesststar
yang bawain 4 lagu”.Risa sang sekretarispun langsung mencatat apa yang
dijelaskan oleh Yandi.
Merekapun terlihat bersemangat untuk
acara perpisahan angkatan mereka. Selain merupakan program terakhir, merekapun
ingin membuat kesan yang terbaik sebelum masa sekolah itu berakhir. Walaupun
terlalu sering mereka berbeda pendapat, tapi itu dapat diatasi dengan seksama.
Pada awalnya mereka tidak terlau akrab, namun seiring berjalannya waktu,
kebersamaanpun menjadi kebutuhan mereka. Bahasa lebaynya sih, kalau nggak
kumpul-kumpul serasa ada yang kurang.
“Hmm.. mungkin kebersamaan ini akan
segera berakhir. Aku akan merindukan kalian semua kawan” kata Yandi dalam hati.
Sang mentaripun enggan berlama-lama
berada di ufuk timur. Kebosanannya terbayarkan setelah bumi berotasi beberapa
derajat. Mentaripun dengan percaya diri menatap tajam ke bumi dengan memancarkan
sinar sekaligus panas yang membuat manusia mengibarkan bendera putih tanda
menyerah.
“Pekerjaan hampir selesai, semangat
teman-teman!” kata Selli menyemangati.
2 jam kemudian, pekerjaan merekapun
selesai. Terlihat wajah penuh seri, merekapun bersama-sama mengucapkan
“Allhamdulilah”. Tepat jam 1 siang Yandi dan kawan-kawannya memutuskan untuk
shalat Dzuhur.
Setelah shalat selesai, Yandipun
bergumam “Ya Allah apakah disana saya akan mendapatkan teman-teman seperti
mereka? Semoga”.
Selesai shalat merekapun memutuskan
untuk pergi ke kantin. Namun baru beberapa melangkah Yandi mengeluarkan suara
yang tak seperti biasanya, suaranya serak seperti tertahan di tenggorokan.
“Teman-teman, sebenarnya...” Yandipun menghentikan perkataannya. “ Teman-teman, sebenarnya...” Yandipun
mengulanginya dengan suara yang kurang jelas dengan air muka yang sedih,
sehingga membuat teman-temanya penasaran.
“ Apa sob? Kamu lagi akting ya?
Terobsesi sama siapa hayoo? Ceritanya bercita-cita jadi vokalis sekaligus
aktor?hahaha” canda Jana. “Buat sekarang serius Jana Suprapta Syutanmanraja”
jawab Yandi tegas. “ Ssttt sudah-sudah, kita bicarakan saja di kantin sekalian ngisi perut. Laper tau..”
kata Mikha memberikan jalan keluar.
Setibanya di kantin, merekapun langsung
memesan makanan yang akan menjadi korban kelaparan mereka. Selesai makan,
Farispun membuka pembicaraan dengan memberikan ide untuk menampilkan sebuah
penampilan untuk acara besok. Merekapun sepakat untuk menyanyikan lagu Semua
Tentang Kita dari Peterpan dengan jenis musik akustik.
“Eh
latihan yuk, tapi jangan disini. Bosen tau” kata Karin memberikan ide. “Wah
boleh tuh, gimana kalau di belakang rumah saya, kebetulan ada gazebo yang cukup
besar. Ya setidaknya cukup untuk menampung si gembul Faris” sambung Petra.
Semuanya tertawa setelah mendengar apa yang dibicarakan Petra. Akhirnya
semuanya menyetujui ide dari Karin dan Petra.
Peluh
yang bercucuran, waktu yang tersita, dan kelelahanpun terbayar sudah dengan
suasana yang menyenangkan seperti itu. Mataharipun sudah mulai lelah
menampakkan cahaya dan panasnya. Hingga sedikit demi sedikit keindahan suasana
sore hari mulai terasa. Sinarnya yang lembut, membuat mereka enggan untuk
beranjak pergi. Suasana latihanpun terasa menyenangkan dan mengesankan,
walaupun terkadang ada saja lelucon yang mereka buat. Sehingga bagi yang
mendengarkan tidak bisa menahan gelak tawa mereka. Namun suasana itu sedikit
panas ketika ada segerombolan siswa membuat kerusuhan, kebetulan anak-anak itu seangkatan dan satu
sekolah dengan mereka. Baik buruknya suatu hal, pasti ada saja yang pro dan
kontra. Akhirnya mereka mengakhiri latihan dan saling memberikan salam
perpisahan.
“Besok aku harus mengatakannya”kata
Yandi dalam hati.
Senjapun
berganti malam, dan menutup hari yang lelah. Dan besokpun akan menjadi hari
yang melelahkan. Persiapanpun dilakukan untuk acara besok. Yandi dan Faris
mempersiapkan untuk penampilannya besok, yang akan membawakan 1 lagu dengan
band garapannya. Mikha dan Risa mempersiapkan untuk sambutan mereka sebagai
ketua panitia dan perwakilan kelas XII. Karin dan Petra sebagi MC hiburan. Dan
yang lainnya tidak ketinggalan dengan seabrek tugas yang harus dipersiapkan.
Seperti dokumentasi, buku tamu, konsumsi, acara adat, menghubungi bintang tamu
dan promosi sekolah mereka. Akhirnya rasa lelah tak dapat dicegah lagi.
Perlahan-lahan
matahari mulai menampakkan cahaya. Terlihat mulai banyak orang yang yang
mengais rezeki pada waktu itu.
“Kaka
bangun udah Shubuh” kata sang ibu dengan menggoyangkan perlahan tubuh anaknya.
“Huaam, iya bu”. Yandipun segera bangun dan bergegas mandi sekaligus mengambil
air wudhu untuk mengerjakan shalat shubuh.
Waktu
menunjukkan pukul 05.30. Yandi memutuskan untuk langsung berangkat sekolah. Ia
yakin bahwa sudah banyak temanya yang telah sampai di sekolah. Yandipun
menyusuri jalan yang biasa ia lalui, namun bedanya adalah langkah Yandi lebih
dipercepat. Ketika sampai di sekolah, ternyata tebakan Yandi benar. Sudah
banyak temanya yang mendahului kedatangannya.
“Yandi
hubungi Pa Heri, perkiraan ada berapa tamu yang dari dinas?” Mikha memberikan
tugas pertama kepada Yandi. “Siap non” jawab Yandi. Merekapun sibuk dengan
pekerjaannya. Tak terasa acarapun akan segera dimulai. Tampak raut cemas dari
wajah mereka. Rasa cemas itupun sedikit terbayar setelah acara inti selesai.
Mikha, Risa, dan Faris dapat menyelesaikan tugas dengan baik dalam acara inti.
Sekarang adalah giliran Karin, Petra, dan Yandi yang menjadi dalang dalam acara
hiburan.
Acara
hiburanpun mengacu kepada data yang diberikan Yandi. Satu persatupun tampil di
atas panggung. Tiba waktunya penampilan dari band Yandi dan Faris yang kemudian
langsung dilanjutkan dengan persembahan dari kelas XII yaitu lagu Semua Tentang
Kita. Tak disangka dukungan dari siswa yang lainpun sangat meriah. Mereka ikut
bernyanyi bersama.
Ada
cerita tentang aku dan dia
Dan
kita bersama saat dulu kala
Ada
cerita tentang masa yang indah
Saat
kita berduka saat kita tertawa
Yandi,
Mikha, Karin, Risa, Faris, Petra, Jana dan yang lainnya merasa puas. Ternyata
yang mereka lakukan dapat dinikmati oleh teman-teman yang lain. Dan mereka berhasil membuat sebuah acara yang
berkesan sepanjang masa putih abu-abu mereka. Semuanyapun ikut bersenang-senang
sampai acara selesai.
Setelah
semuanya beres, mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak. Semuanya saling
bercerita dan berbagi pendapat tentang acara tadi. Namun berbeda dengan Yandi,
ia hanya diam sejak acara itu selesai. Yandi memilih untuk diam sampai ia
mengatakan semuanya.
“Pokoknya
tiap 1 tahun atau 6 bulan sekali kita wajib kumpul-kumpul seperti ini.
Untungnya kita berenam dapet kampus yang berdekatan” kata Jana. “ Iya dong,
sayakan bakal satu kampus sama Yandi. Iyakan sob?” tanya Faris kepada Yandi.
“Hmmm, saya mau bilang sesuatu” Yandi mulai berbicara. “Pasti kamu mau bilang
kalau kamu nggak mau jauh sama ibu kamu, terus kamu kangen, terus kamu nggak
betah sekolah disana, kamu pengen tetep deket ibu kamu, terus kamu keluar dari
kampus itu, terus pilih kampus yang dekat dari rumah kamu. Benerkan? Haahaa”
canda Petra. “Besok saya pergi ke Kalimantan dan nggak bakal balik lagi kesini”
hanya itulah yang dikatakan oleh Yandi. Semuanya hanya terdiam. Mikhapun
memecah kesunyian “Kamu bercandakan Yan?”. “Nggak Kha aku serius” jawab Yandi.
Jana yang dikenal paling keras diantara mereka, langsung menarik kerah baju
Yandi. “Kenapa kamu baru bilang sekarang?heuh?” tanya Jana dan langsung
melepaskan tarikannya. “Saya nggak mau bilang ke kalian, karena saya takut
kalian hanya ingin menyenangkan hati saya sebelum saya pergi. Yang ada hanya
kepalsuan. Saya lebih suka sifat asli kalian yang apa adanya. Yang bisa terima
saya apa adanya. Dan misi saya berhasil, untungnya walaupun saya nggak
memberitahu kalian, kalian tetap bisa menyenangkan hati saya. Kalian adalah
sahabat-sahabat saya. Ingat itu, dan jangan lupakan saya” itulah yang dikatakan
Yandi. Merekapun saling berpelukan, sedangkan Mikha, Karin , Risa tidak bisa
menutupi kesedihannya. Kesedihan mereka tertumpah waktu itu sore itu.
Haripun
berganti, sorepun datang begitu cepat. Petra, Jana, Mikha, Karin, Risa, dan
Faris mengantarkan Yandi sampai pelabuhan. Disana mereka saling berjanji untuk
memberikan kabar satu sama lain. “Jangan sampai komunikasi kita terputus.
Titik” tegas Faris. Semuanyapun mengiyakan. Mereka melambaikan tangan kepada
Yandi dengan senyum yang tidak bisa menutupi kesedihan mereka. Senja itulah
yang menjadi saksi persahabatan mereka.
By: Arofah